Senin, 19 Desember 2011
Kamis, 15 Desember 2011
CHANDRAYAAN-1
Moon Exploration Mission
Chandrayaan-1 adalah satelite yang mempunyai misi eksplorasi ke bulan. Misi ini sudah berjalan 2 tahun lalu dan berhenti pada tahun 2010 karena system failure pada satellite. Satellite ini diluncurkan oleh ISRO (Indian Space Research Organization). Chandrayaan diluncurkan di Sriharikota India pada tanggal 22 Oktober 2008.Chandrayaan-1,selain mempunyai misi untuk eksplorasi bulan, satellite ini juga digunakan untuk ekspreimen-eksperimen ilmiah. Eksperimen yang berhasil dilakukan satellite Chandrayaan-1 ini antara lain
- Moon Atlas
- Material Mapping
- Impact Probe Test
General Specification
Polar Satellite Launch Vehicle [PSLV]
Height 44 metres (144 ft)
Diameter 2.8 metres (9 ft 2 in)
Mass 294,000 kilograms (650,000 lb)
4 Stages
17 million USD flyaway cost for each launch
Chandrayaan
675 kg at lunar orbit,
523 kg after releasing the impactor,
Cuboid in shape of approximately 1.5 m
Power
solar array, total area of 2.15 x 1.8 m, 750 W
Propulsion
bipropellant stored in two tanks of 390 litres each.
Moon Impact Probe [Impactor]
Moon Impact Probe digunakan untuk mengambil data jatuhnya probe untuk misi Chandrayaan-2. Misi selanjutnya adalah untuk mendaratkan rover craft di bulan.
Moon Impact Probe digunakan untuk mengambil data jatuhnya probe untuk misi Chandrayaan-2. Misi selanjutnya adalah untuk mendaratkan rover craft di bulan.
152 kg the impactor,
oval-shaped with 120mm X 180 mm
_________________________________________________________________
LINTAS ORBIT
Earth orbit
Pada lintas orbit pada bumi menggunakan banyak lintas orbit. Untuk lintas orbit trans lunar sendiri menggunakan lintas orbit Hohmann.
Pada lintas orbit pada bumi menggunakan banyak lintas orbit. Untuk lintas orbit trans lunar sendiri menggunakan lintas orbit Hohmann.
Lunar orbit
Setelah mendekati apogee bumi dan masuk pada pengaruh bulan maka satellite melakukan maneuver untuk bisa mengorbit di bulan dengan mengurangi kecepatanya. Pengurangan kecepatan terjadi pada titik aposelene bulan. Altitude yang dicapai pada akhirnya adalah 100km diatas permukaan bulan.
Setelah mendekati apogee bumi dan masuk pada pengaruh bulan maka satellite melakukan maneuver untuk bisa mengorbit di bulan dengan mengurangi kecepatanya. Pengurangan kecepatan terjadi pada titik aposelene bulan. Altitude yang dicapai pada akhirnya adalah 100km diatas permukaan bulan.
Berikut ini adalah perhitungan kecepatan yang dibutuhkan dan massa propelan yang digunakan
Perhitungan ∆V Earth Orbit
Perhitungan ∆V Earth Orbit
apogee | perigee | a | Vp | Va | delV | ket |
6671 | 6671 | 6671 | 7.730 | 7.730 | ||
6671 | 6671 | 6671 | 7.730 | 7.730 | 1.8438 | ganti inklinasi |
44271 | 6671 | 25471 | 10.191 | 1.536 | 2.4609 | |
44271 | 6671 | 25471 | 10.191 | 1.536 | 4.8751 | ganti inklinasi |
81086 | 6671 | 43879 | 10.508 | 0.865 | 0.3172 | |
170971 | 6671 | 88821 | 10.724 | 0.418 | 0.2165 | |
273371 | 6671 | 140021 | 10.801 | 0.264 | 0.0762 | |
386371 | 6671 | 196521 | 10.839 | 0.187 | 0.0378 | trans lunar |
Perhitungan ∆V Lunar Orbit
aposelene | periselene | a | Vp | Va | delV | ket |
9239.1 | 2237 | 5738 | 1.878 | 0.455 | -0.0010 | reduksi kec |
9239.1 | 1992.1 | 5616 | 2.012 | 0.434 | 0.1338 | |
9239.1 | 1937 | 5588 | 2.046 | 0.429 | 0.0334 | |
1992.1 | 1924.1 | 1958 | 1.610 | 1.555 | -0.4356 | reduksi kec |
1992 | 1837 | 1915 | 1.666 | 1.537 | 0.0563 | |
1837 | 1837 | 1837 | 1.634 | 1.634 | -0.0327 | reduksi kec |
Propelant Consumption
∆V Velocity | Isp | Propellant | ||
km/sec | m/sec | kg | ||
Earth | 1.84384 | 1843.84 | 450 | 230.46 |
2.46095 | 2460.95 | 450 | 288.46 | |
4.87515 | 4875.15 | 450 | 451.29 | |
0.31717 | 317.17 | 450 | 46.80 | |
0.21648 | 216.48 | 450 | 32.30 | |
0.07623 | 76.23 | 450 | 11.56 | |
0.03782 | 37.82 | 450 | 5.76 | |
Lunar | 0.00098 | 0.98 | 3000 | 0.10 |
0.13376 | 133.76 | 3000.00 | 14.11 | |
0.03338 | 33.38 | 3000.00 | 3.56 | |
0.43556 | 435.56 | 3000.00 | 44.57 | |
0.05630 | 56.30 | 3000.00 | 5.99 | |
0.03274 | 32.74 | 3000.00 | 3.49 | |
1138.44 |
Originally Posted by
Ardian Rizaldi <13609050>
Muhammad Rizal <13609057>
Ardian Rizaldi <13609050>
Muhammad Rizal <13609057>
Arifendi Subnafeu <13611603>
Minggu, 11 Desember 2011
OPTUS D3
Kelompok:
Hendra Yunan 13607017
Ahmad Dzaky Hanif 13607024
Rudi Zelmindo 13607058
Nila Husnayati 13607061
Adikrisna Riedho Pramono 13608012
TUGAS 3 ASTRODINAMIKA
Presentasi : 1 Desember 2011 Jam 12.00-12.30
Pengumpulan Laporan : 11 Desember 2011
SATELIT OPTUS D3
Gambar 1. Satelit Optus D3
Gambar 2. Roket Ariane 5ECA membawa Optus D3
Satelit komunikasi Optus D3 diluncurkan ke orbit operasinya (Geostasioner) menggunakan roket peluncur Ariane 5ECA dari Kourou ELA-3 pada tanggal 21 Agustus 2009. Kourou terletak pada latitude 5.16° Lintang Utara dan longitude 52.65° Bujur Barat.
Peluncuran Optus dibuat dengan asumsi bahwa orbit parkir yang digunakan adalah orbit sirkuler dengan ketinggian 300 km dan inklinasi orbit sebesar latituda peluncurannya (diluncurkan ke arah timur).
Launch Mass: 2,500 kg (5,500 lb.)
Solar Arrays : Four panels per array, UTJ Gallium Arsenide cells
Stabilization : 3-axis stabilized; zero momentum system
Propulsion : Liquid bi-propellant transfer orbit system; Monopropellant (hydrazine)
Solar Arrays : Four panels per array, UTJ Gallium Arsenide cells
Stabilization : 3-axis stabilized; zero momentum system
Propulsion : Liquid bi-propellant transfer orbit system; Monopropellant (hydrazine)
on-orbit system
Batteries : Two 5140 W-Hr capacity Li-Ion batteries (BOL)
Mission Life : 15 years
Orbit : 156 degrees East Longitude
Frequency : Ku-band
Repeater : 24 active transponders with 28-for-24 125 W TWTA's (primary transponders)
Batteries : Two 5140 W-Hr capacity Li-Ion batteries (BOL)
Mission Life : 15 years
Orbit : 156 degrees East Longitude
Frequency : Ku-band
Repeater : 24 active transponders with 28-for-24 125 W TWTA's (primary transponders)
and 10-for-8 44 W TWTA's (backup transponders)
Payload Power: 5.0 kW
Antenna : Two 2.3 m deployable dual-shell gridded shaped reflectors
Payload Power: 5.0 kW
Antenna : Two 2.3 m deployable dual-shell gridded shaped reflectors
1. Sketsa 3 alternatif perpindahan orbit dari orbit parkir sampai dengan orbit geostasioner.
Step Scenario 1
Gambar 3. Langkah-langkah pembuatan scenario 1 dengan software STK
Untuk menempatkan posisi terakhir satelit orbit geostasioner berada di sekitar Australia dengan longitude 156° Bujur Barat, maka propagate 3 diberi insert duration trip 3 day.
Scenario 1 (Hohmann Ascending)
Gambar 4. Scenario 1 dilihat dari tampak atas (pada gambar kiri atas), tampak depan (pada gambar kanan atas), dan tampak 3D (pada gambar bawah).
Langkah-langkah pembuatan scenario 2 sama persis dengan scenario 1. Akan tetapi, ada 1 perbedaan yaitu insert propagate 2 ascending untuk scenario 1, sedangkan descending untuk scenario 2.
Scenario 2 (Hohmann Descending)
Gambar 5. Scenario 2 dilihat dari tampak atas (pada gambar kiri atas), tampak depan (pada gambar kanan atas), dan tampak 3D (pada gambar bawah).
Gambar 6. Langkah-langkah pembuatan scenario 3 dengan software STK
Scenario 3 (Bi Elliptic dengan Descending)
Gambar 7. Scenario 3 dilihat dari tampak atas (pada gambar kiri atas), tampak depan (pada gambar kanan atas), dan tampak 3D (pada gambar bawah).
1. Alternatif perpindahan orbit yang paling efisien (kebutuhan ∆V total paling kecil).
Menurut hasil perhitungan dari software STK, ΔV dari masing-masing sketsa adalah:
Scenario 1 | ΔVx (km/s) | ΔVy (km/s) | ΔVresultan (km/s) |
ΔV1 | 2.429 | 0 | 2.429 |
ΔV2 | 1.494 | 0 | 1.494 |
ΔV3 | -0.057 | -0.270 | 0.276 |
ΔV total | 4.199 |
Scenario 2 | ΔVx (km/s) | ΔVy (km/s) | ΔVresultan (km/s) |
ΔV1 | 2.429 | 0 | 2.429 |
ΔV2 | 1.494 | 0 | 1.494 |
ΔV3 | -0.047 | 0.284 | 0.288 |
ΔV total | 4.211 |
Scenario 3 | ΔVx (km/s) | ΔVy (km/s) | ΔVresultan (km/s) |
ΔV1 | 2.641 | 0 | 2.641 |
ΔV2 | 1.190 | 0 | 1.190 |
ΔV3 | -0.2 | 0 | 0.2 |
ΔV4 | -0.135 | 0.264 | 0.297 |
ΔV total | 4.328 |
Hasil perhitungan STK tersebut menunjukkan bahwa scenario 1 hohmann dengan nodal naik (ascending) merupakan scenario simulasi alih orbit yang paling efisien karena ΔV total yang dibutuhkan paling kecil.
2. Hitung kebutuhan ∆V total yang diperlukan.
Scenario 1
(µ=3.986 x 105 km3/s2)
Perhitungan kecepatan dengan menggunakan persamaan vis viva integral:
Orbit parkir
a1 = r1 = 6671 km
V1=√(3.986 x 105(1/6671))
V1=7.730 km/s
Orbit transfer Hohmann
rp2 = 6671 km
ra2 = 42238 km
semi major axis, a2=( rp2+ ra2)/2
a2 = (6671+42238)/2
a2 = 24454.5 km
a2 = 24454.5 km
Kecepatan di pericenter:
Vp2=√(3.986 x 105(2/6671-1/24454.5))
Vp2=10.159 km/s
ΔV1 = Vp2 – V1
ΔV1 = 10.159 - 7.730
ΔV1 = 2.429 km/s
Kecepatan di apocenter:
Va2=√(3.986 x 105(2/42238-1/24454.5))
Va2=1.604 km/s
ΔV1 = 10.159 - 7.730
ΔV1 = 2.429 km/s
Kecepatan di apocenter:
Va2=√(3.986 x 105(2/42238-1/24454.5))
Va2=1.604 km/s
Orbit Geostasioner
r3 = a3 = 42238 km
V3=√(3.986 x 105(1/42238))
V3=3.072 km/s
V3=3.072 km/s
ΔV2 = V3 – Va2
ΔV2 = 3.072 – 1.604
ΔV2 = 1.468 km/s
ΔV2 = 1.468 km/s
Orbit Akhir (diberi inklinasi sebesar 5.16°)
ΔV3 = V3 – V4
ΔV3 = 3.072 i – (3.072 cos 5.16° i + 3.072 sin 5.16° j)
ΔV3 = 0.012 i – 0.276 j
ΔV3 =
ΔV3 = 0.276 km/s
#Hasil perhitungan ΔV secara manual di atas menunjukkan hasil yang cenderung sama dengan perhitungan STK
3. Massa propelan yang dibutuhkan untuk mendapatkan ∆V total 1.462 km/s (dengan asumsi Isp=300s) :
Massa satelit Optus D3 beserta motor roket dan propelannya adalah 1825.4 Kg.
4. Waktu yang dijalani satelit dari saat manuver pertama (di orbit parkir) sampai dengan saat manuver terakhir (untuk masuk ke orbit operasi).
Perhitungan Manual, Perioda =
Perhitungan STK, Perioda = 10 jam 45 menit
REFERENSI:
http://en.wikipedia.org/wiki/Optus_fleet_of_satellites
http://id.wikipedia.org/wiki/Ariane_5
http://www.orbital.com/newsinfo/publications/optusd3_fact.pdf
Langganan:
Postingan (Atom)