Rabu, 07 Desember 2011

OPTUS D3

Kelompok:
Hendra Yunan                                   13607017
Ahmad Dzaky Hanif                        13607024
Rudi Zelmindo                                  13607058
Nila Husnayati                                  13607061
Adikrisna Riedho Pramono         13608012

TUGAS 3 ASTRODINAMIKA
Presentasi                          : 1 Desember 2011 Jam 12.00-12.30
Pengumpulan Laporan  : 7 Desember 2011


SATELIT OPTUS D3
352px-Cut_drawing_of_an_Ariane_5_ECA_EN.svg.png
Moteur-Vulcain.jpg                                                                                                       














Gambar 1. Satelit Optus D3                                         Gambar 2. Roket Ariane 5ECA membawa Optus D3

Satelit komunikasi Optus D3 diluncurkan ke orbit operasinya (Geostasioner) menggunakan roket peluncur Ariane 5ECA dari Kourou ELA-3 pada tanggal 21 Agustus 2009. Kourou terletak pada latitude 5.16° Lintang Utara dan longitude 52.65° Bujur Barat.

Peluncuran Optus dibuat dengan asumsi bahwa orbit parkir yang digunakan adalah orbit sirkuler dengan ketinggian 300 km dan inklinasi orbit sebesar latituda peluncurannya (diluncurkan ke arah timur).








1.       Sketsa 3 alternatif perpindahan orbit dari orbit parkir sampai dengan orbit geostasioner.

Step Scenario 1
Initial State Scenario 1.png


















Gambar 3. Langkah-langkah pembuatan scenario 1 dengan software STK

Untuk menempatkan posisi terakhir satelit orbit geostasioner berada di sekitar Australia dengan longitude 156° Bujur Barat, maka propagate 3 diberi insert duration trip 3 day.






















Scenario 1 (Hohmann Ascending)
Scenario 1 Hohmann Ascending Tampak Depan.pngScenario 1 Hohmann Ascending Tampak Atas.png







Scenario 1 Hohmann Ascending Tampak 3D.png

















Gambar 4. Scenario 1 dilihat dari tampak atas (pada gambar kiri atas), tampak depan (pada gambar kanan atas), dan tampak 3D (pada gambar bawah).

Langkah-langkah pembuatan scenario 2 sama persis dengan scenario 1. Akan tetapi,  ada 1 perbedaan yaitu insert propagate 2 ascending untuk scenario 1, sedangkan descending untuk scenario 2.
















Scenario 2 (Hohmann Descending)
Scenario 6 Hohmann Descending Tampak Depan.pngScenario 6 Hohmann Descending Tampak Atas.png








Scenario 6 Hohmann Descending Tampak 3D.png

















Gambar 5. Scenario 2 dilihat dari tampak atas (pada gambar kiri atas), tampak depan (pada gambar kanan atas), dan tampak 3D (pada gambar bawah).

Step Scenario 3
Initial State Scenario 5 zoom in.png













Gambar 6. Langkah-langkah pembuatan scenario 3 dengan software STK

Scenario 5 Bi Elliptic Descending Tampak Depan.pngScenario 5 Bi Elliptic Descending Tampak Atas.pngScenario 3 (Bi Elliptic dengan Descending)









Scenario 5 Bi Elliptic Descending Tampak 3D.png

















Gambar 7. Scenario 3 dilihat dari tampak atas (pada gambar kiri atas), tampak depan (pada gambar kanan atas), dan tampak 3D (pada gambar bawah).

2.       Alternatif perpindahan orbit yang paling efisien (kebutuhan ∆V total paling kecil).

Menurut hasil perhitungan dari software STK, ΔV dari masing-masing sketsa adalah:

Scenario 1
ΔVx (km/s)
ΔVy (km/s)
ΔVresultan (km/s)
ΔV1
2.429
0
2.429
ΔV2
1.494
0
1.494
ΔV3
-0.057
-0.270
0.276
ΔV total
4.199

Scenario 2
ΔVx (km/s)
ΔVy (km/s)
ΔVresultan (km/s)
ΔV1
2.429
0
2.429
ΔV2
1.494
0
1.494
ΔV3
-0.047
0.284
0.288
ΔV total
4.211

Scenario 3
ΔVx (km/s)
ΔVy (km/s)
ΔVresultan (km/s)
ΔV1
2.641
0
2.641
ΔV2
1.190
0
1.190
ΔV3
-0.2
0
0.2
ΔV4
-0.135
0.264
0.297
ΔV total
4.328

Hasil perhitungan STK tersebut menunjukkan bahwa scenario 1 hohmann dengan nodal naik (ascending) merupakan scenario simulasi alih orbit yang paling efisien karena ΔV total yang dibutuhkan paling kecil.

3.       Hitung kebutuhan ∆V total yang diperlukan.

Scenario 1
(µ=3.986 x 105 km3/s2)
Perhitungan kecepatan dengan menggunakan persamaan vis viva integral:                         
Orbit parkir
a1 = r1 = 6671 km
V1=√(3.986 x 105(1/6671))
V1=7.730 km/s

Orbit transfer Hohmann
rp2 = 6671 km
ra2 = 42238 km
semi major axis, a2=( rp2+ ra2)/2
a2 = (6671+42238)/2
a2 = 24454.5 km
Kecepatan di pericenter:
Vp2=√(3.986 x 105(2/6671-1/24454.5))
Vp2=10.159 km/s

ΔV1 = Vp2 – V1
ΔV1 = 10.159 - 7.730
ΔV1 = 2.429 km/s
Kecepatan di apocenter:
Va2=√(3.986 x 105(2/42238-1/24454.5))
Va2=1.604 km/s

Orbit Geostasioner
r3 = a3 = 42238 km
V3=√(3.986 x 105(1/42238))
V3=3.072 km/s

ΔV2 = V3 – Va2
ΔV2 = 3.072 – 1.604
ΔV2 = 1.468 km/s

Orbit Akhir (diberi inklinasi sebesar 5.16°)
ΔV3 = V3 – V4
ΔV3 = 3.072 i – (3.072 cos 5.16° i + 3.072 sin 5.16° j)
ΔV3 = 0.012 i – 0.276 j
ΔV3 =
ΔV3 = 0.276 km/s

#Hasil perhitungan ΔV secara manual di atas menunjukkan hasil yang cenderung sama dengan perhitungan STK

4.       Massa propelan yang dibutuhkan untuk mendapatkan ∆V total 1.462 km/s (dengan asumsi Isp=300s) :
 



                                                     



Massa satelit Optus D3 beserta motor roket dan propelannya adalah 1825.4 Kg.







5.       Waktu yang dijalani satelit dari saat manuver pertama (di orbit parkir) sampai dengan saat manuver terakhir (untuk masuk ke orbit operasi).

Perhitungan Manual, Perioda =
 








Perhitungan STK, Perioda = 10 jam 45 menit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar